» » Wujud Petani Berdasi,Penghasilan Petani Singkong Akan Kalahkan Petani Sawit

Wujud Petani Berdasi,Penghasilan Petani Singkong Akan Kalahkan Petani Sawit

Penulis By on Sabtu, 12 Oktober 2013 | No comments

LKBKalimantan.com – Rencana Mayora Group yang akan berinvestasi perkebunan singkong atau ubi kayu di Ketapang Kalimantan Barat nendapat respon postif dari Pemerintah Daerah Ketapang dan semua kalangan termasuk masyarakat  yang setiap harinya bercocok tanam ubi kayu disekitar kebun pribadi yang mereka miliki.

Dengan adanya rencana Mayora Group membuka perkebunan singkong atau ubi kayu secara besar-besaran di Ketapang otomatis akan membuka peluang lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Ketapang, yang selama ini hanya  berorientasi pada perkebunan sawit,pertambangan liar dan usaha-usaha lain yang masih belum tentu hasilnya.

“Saya yakin kalau rencana ini terwujud dipastikan akan mampu mengalahkan pengahasilan  petani  sawit,sebab proses perkebunan ubi kayu itu sangat mudah dan bisa dilakukan oleh siapapun,dan di areal manapun,bahkan disamping rumah sekalipun tanaman ubi kayu ini akan tumbuh subur dan menghasilkan dengan baik,apalagi kalau dikelola secara profesional,seperti yang direncanakan Mayora Group itu,dipastikan akan membuahkan hasil yang baik bagi masyarakat setempat,dan mungkin inilah salah satu wujud petani berdasi yang didengung-dengungkan Pak Bupati kita itu,”ungkap Kepala Bappeda Drs.H.Mahyudin,M.Si ketika disambangi LKBKalimantan.com beberapa hari lalu diruang kerjanya.

Seperti disampaikan Mahyudin,bahwa Mayora Group untuk tahap pertama akan membuka lahan seluas 2000 hektar di Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten ketapang dengan kapasitas produksi  200 ton ubi kayu perhari .

“Ubi kayu ini akan mereka olah secara profesional dan melalui pabrik modern,menjadi makanan ringan,dan produk-produk lainnya,seperti permen,” ujar Mahyudin.

Mengapa ubi kayu yang mereka pilih ,”karena komoditas itu memang selain setiap saat mudah didapatkan juga menjadi bahan pangan alternatif yang dikonsumsi oleh sebagaian dari masyarakat Indonesia, baik yang tinggal di pedesaan maupun di kota.”kata Drs.H.Mahyudin,M.Si yang merupakan salah satu calon kuat Sekda Ketapang yang akan menggantikan Sekda Drs.H.Andi Djamiruddin,M.Si yang memasuki masa pensiun pada akhir Oktober 2013 ini.

Referensi yang dikumpulkan LKBKalimantan.com dari berbagai sumber,bahwa singkong atau dikenal pula dengan nama ketela pohon, ubikayu dan cassava, mudah tumbuh dan berkembang hampir disembarang tempat, termasuk pada lahan-lahan marginal. Namun demikian, untuk menghasilkan produksi yang tinggi, sudah barang tentu diperlukan lahan yang cocok untuk pertumbuhannya dan campur tangan manusia yang profesional untuk memilih jenisvarietas singkong yang unggul dan memeliharanya sesuai dengan kaidah-kaidah bercocok tanam yang baik (good agricultural practise).

Maka sangatlah wajar apabila singkong diperankan menjadi substitusi untuk bahan pangan pokok non beras dan jagung, mengingat singkong mengandung senyawa karbohidrat yang tinggi, serat dan glukosa yang diperlukan bagi tubuh manusia. Konon di dalam setiap 100 gram tepung singkong terkandung 88,2 gram karbohidrat dan 363,0 energi (kkal). Pada umumnya singkong dikonsumsi dalam bentuk singkong rebus, singkong goreng dengan berbagai variasinya, daunnya dapat diolah menjadi sayuran, batang muda dapat dibuat sebagai asparagus dan berbagai bentuk olahan lainnya. Bahkan limbah olahan ubi kayu dapat diolah menjadi Nata Decassava minuman ringan yang banyak mengandung serat dan gizi tinggi.

Ada beberapa olahan yang dibuat dari ubi kayu dalam kemasan antara lain :


o Keripik singkong (krispy, asin, balado, bumbu saos tomat pedas, dan lain-lain)
o Kripik singkong rasa bawang
o Mie singkong
o Krupuk singkong opak
o Krupuk tepung singkong
o Nasi singkong (sawut, tiwul, gogik instan)
o Lemet singkong (rasa manis, keju dan lain-lain)
o Gethuk singkong (lindri, goreng)
o Singkong goreng (rasa bawang, krispy, balado, keju dan lain-lain)
o Nata Decassava.***(lkbk/berbagai sumber)
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya