» » Pemerintah Seharusnya Antisipasi Gangguan Jiwa Jemaah Haji

Pemerintah Seharusnya Antisipasi Gangguan Jiwa Jemaah Haji

Penulis By on Kamis, 10 Oktober 2013 | No comments

LKBKalimantan.com-----Dalam penyelenggaraan haji tahun 1434 H 2013 M ini mengalami penurunan tingkat angka kematian. Meski demikian terdengar kabar dari tanah suci, sedikitnya empat puluh jemaah haji mengalami gangguan jiwa di tanah suci. Hal ini menurut Wakil Ketua Komisi VIII, Ledia Hanifa seharusnya dapat dilakukan antisipasi sejak dari tanah air.

“Sebenarnya hal tersebut bisa dihindarkan, jika jamaah melakukan Manasik Haji sebanyak 10 kali sesuai kurikulum yang ada. Kurikulum yang dimaksud meliputi bimbingan beribadah, cara merawat kesehatan diri dlm persiapan keberangkatan dan selama beribadah, serta yang tidak kalah pentingnya adalah pengenalan terhadap peralatan atau fasilitas yang akan ditemui, seperti Fasilitas hotel, kondisi di pesawat terbang, MCK (Mandi Cuci Kakus) di Armina, hak yang diperoleh jamaah, serta tips sederhana dan praktis lainnya,”jelas Ledia, ketika dihubungi Parle langsung dari tanah suci, Kamis (10/10). 

Ditambahkan Ledia, kenapa hal tersebut harus dilakukan, karena kebanyakan gangguan psikiatri atau gangguan kejiwaan pada jamaah haji itu disebabkan karena stress, tegang atau bisa juga karena demensia (kelupaan).

“Jangan dibayangkan gangguan jiwa yang dimaksud itu seperti orang-orang yang kita temui berkeliaran di jalan-jalan di tanah air. Gangguan ini berupa gangguan psikosomatis yang juga bisa disebabkan karena gangguan penyesuaian,”ungkap politisi dari Fraksi PKS ini.

Dijelaskannya, gangguan penyesuaian itu seperti jamaah yang belum pernah naik pesawat terbang, dan pertama kali naik pesawat harus dijalaninya selama 9 jam. Selain itu jamaah juga harus beradaptasi dengan orang lain dalam satu kloter dengan berbagai macam kebiasaannya, termasuk penggunaan toilet di pesawat.

Selain itu penyesuaian lain yang juga dapat menyebabkan gangguan kejiwaan psikosomatis pada jemaah haji adalah penggunaan kamar mandi di pemondokan atau hotel yang menggunakan shower padahal tidak sedikit jamaah yang terbiasa menggunakan gayung dan ember. Dan penyebab lainnya stress pada jemaah haji di tanah suci adalah ketidaksiapan melihat jumlah manusia yang begitu banyaknya. Apalagi mereka juga harus berdesak-desakan masuk masjid atau thawaf atau sa'i.

Sementara itu Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi Fidiansjah seperti yang dilansir dari berbagai media nasional mengungkapkan, jamaah haji Indonesia yang mengalami gangguan jiwa di Tanah Suci kebanyakan berusia lanjut, yaitu di atas 60 tahun. Secara kumulatif, jamaah yang mengalami gangguan jiwa 40 orang, 25 orang dari Madinah, dan 15 jamaah dari Makkah yang sudah diperkenankan pulang. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, jumlah jamaah yang terganggu jiwanya ini bisa mencapai 300-400 orang hingga akhir prosesi haji.***(Ayu/Foto: riska/parle/hr).
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya