» » » Manfaatkan Kedekatan Indonesia - Belanda

Manfaatkan Kedekatan Indonesia - Belanda

Penulis By on Sabtu, 29 Maret 2014 | No comments

Pertemuan dengan Masyarakat Indonesia di Belanda
DEN HAAG - Hubungan Indonesia dengan Belanda saat ini berjalan dengan sangat baik. Berbagai kerjasama dilakukan di berbagai bidang, seperti perdangangan, infrastruktur, dan hukum. “Belanda mempunyai posisi yang unik di mata indoensia dan begitu juga sebaliknya. Sejarah yang merupakan sumber kedekatan saling mengerti satu sama lain,” ujar Wakil Presiden Boediono saat bertatap muka dengan masyarakat Indonesia di Belanda di Hotel Hilton Den Haag, Rabu 26 Maret 2014 lalu. 

Wapres mengatakan jika kedekatan Indonesia dan Belanda harus dapat dikelola dengan baik. “Jangan sampai terpukau, kedekatan sebagai aset, cari cara yang baik. Belanda harus dijadikan gateway untuk pintu masuk ke Eropa. Dan juga Belanda melihat Indonesia sebagai gateway masuk ke ASEAN,” ujar Wapres. 

Di awal sambutannya, Wapres menceritakan berbagai kegiatannya selama berada di Belanda. Tujuan utama kehadirannya di Belanda adalah untuk mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Nuklir di Den Haag. “Inti dari pelaksanaan KTT adalah bagaimana kita, sebagai negara yang peduli mengamankan bahan-bahan nuklir yang berbahaya agar tidak jatuh di tangan yang salah, baik dilakukan dalam kerangka regional maupun internasional,” ujar Wapres. 

Saat ini, dengan pemanfaatan teknologi dan informasi masyarakat Indonesia di Belanda sudah dapat mengakses perkembangan yang terjadi di Indonesia secara real time. Bahkan, penggunaan teknologi dan informasi juga sudah merambah pada kegiatan kampanye pemilihan umum 2014.“Keramaian mengumpulkan massa berkurang, sehingga suasana lebih tenang. Mereka menggunakan teknik yang lebih unggul, lebih murah, dan risiko gesekan di lapangan makin berkurang,” ujar.

Saat berdialog dengan masyarakat, Saka, salah seorang mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan studinya di Universitas Leiden menanyakan kebijakan yang mendasari kebijakan bailout Bank Century. 

Wapres menjelaskan bahwa krisis ekonomi yang melanda suatu negara tidak akan pernah dapat diprediksi akan terjadi kapan. Pada tahun 1997/1998 Indonesia mengalami guncangan krisis, saat itu terjadi krisis keuangan Asia, tetapi kita dapat melewatinya. “Saat tahun 2008 terjadi krisis, kita telah mempunyai pengalaman menghadapi krisis,” ucap Wapres. 

Tahun 2008 adalah krisis yang besar karena merupakan krisis global, pada saat menghadapi krisis 2008, pemerintah sudah bersiap-siap, seperti disiapkannya Perpu. “Karena darurat tidak perlu dibahas DPR. Tercermin dari situasi di lapangan, terlihat juga dari respon pemerintah saat itu,” ujar Wapres. 

Dengan berbekal pengalaman mengenai krisis tahun 1997/1998, dimana saat terjadi krisis maka dunia dalam situasi gonjang-ganjing, dan psikologi masyarakat sangat dipengaruhi oleh rumor yang beredar. “Saat itu, kami menutup 16 bank. Jika dihitung asetnya hanya sebesar 3 persen dari total perbankan,” ujar Wapres.

Wapres menambahkan bahwa pada tahun 1997/1998, masyarakat sering bertanya-tanya  apa yang terjadi dengan  kondisi di dalam masyarakat? “Kalau kali ini ada bank yang ditutup, minggu depan bank apa yang akan ditutup,” ujar Wapres.

Pada prinsipnya, saat krisis melanda di tahun 2008, niat pengambil keputusan hanyalah satu, menyelematkan negara dari krisis, tidak ada niat lain. “Saya saat itu baru beberapa bulan menjadi Gubernur BI, jadi tidak mengenal siapa pemilik bank ini dan bank itu. Tujuan kami hanya menyelamatkan negara," ucap Wapres.

Jika diibaratkan, kata Wapres, pengambilan kebijakan bailout Bank Century seperti menyelamatkan sebuah kampung dari kebakaran besar yang dimulai dari sebuah rumah. “Saat menyelamatkan rumah itu, kita tidak pernah berpikir itu rumah siapa. Jika itu rumah penjahat atau mempunya utang yang memiliki rumah, itu urusan nanti. Yang penting kita selamatkan dulu deh kampungnya,” kata Wapres. Jika kita berdebat tentang siapa pemilik rumah, utangnya berapa, maka waktu kita akan habis dan api sudah semakin besar dan kebakaran sudah melanda beberapa rumah.

Dalam laporannya, Duta Besar Indonesia untuk Belanda Retno Marsudi melaporkan bahwa jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) di Belanda yang tercatat di KBRI adalah sebanyak 16.520 orang. “Dari data kependudukan Belanda, etnis Indonesia adalah terbesar kedua setelah etnis Belanda. Dan jumlah mahasiswa sebanyak 1.495 mahasiswa, serta siswa yang sekolah di Sekolah Indonesia sebanyak 79 murid,” ujar Retno.

Pada hari Kamis 27 Maret 2014, Wapres beserta rombongan akan bertolak kembali ke tanah air pada pukul 13.00 Waktu Setempat atau 20.00 WIB dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 089 dan akan tiba di tanah air pada hari Jumat 28 Maret 2014 pukul 11.20 WIB.***( wapresri.go.id/lkbk)

Keterangan Gambar : Wakil Presiden Boediono beramah tamah dengan masyarakat Indonesia di Belanda.


Baca Juga Artikel Terkait Lainnya