» » » » 'Blusukan' Penting, Asalkan…

'Blusukan' Penting, Asalkan…

Penulis By on Selasa, 15 April 2014 | No comments

Oleh : Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono


SEKITAR bulan April 2013, ada yang menyampaikan pandangannya tentang Pak Jokowi, Gubernur DKI Jakarta. Yang disampaikan logis-logis saja. Juga tidak ada motif politik apa pun. Begini yang disampaikan:


"Bagaimana tanggapan Pak SBY terhadap Pak Jokowi?"



"Tentang apanya?" respons saya.



"Sepertinya Jokowi lebih banyak blusukan-nya. Malah dinilai lebih untuk pencitraan. Kapan kerjanya?" komentar dia.



Teman yang bicara tadi sebetulnya tidak anti-Jokowi. Juga tidak anti-PDIP. Barangkali dia justru ikut memilih Pak Jokowi dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang lalu. Oleh karena itu, lebih mudah bagi saya untuk menjawabnya. Tidak ada beban.



"Begini, jangan terlalu cepat menuduh seseorang hanya melakukan pencitraan. Saya kalau mendapatkan tuduhan seperti itu juga tidak nyaman lho," ujar saya.



"Maaf Pak," sambungnya cepat.



"Bagi seorang pejabat baru, mengetahui masalah yang riil di lapangan itu penting. Apalagi Pak Jokowi bukan penduduk asli Jakarta, juga belum pernah bertugas di Jakarta sebelumnya. Dengan memahami persoalan yang dihadapi masyarakatnya, pastilah kebijakan dan program-program yang dijalankan akan tepat. Solusinya juga tepat," jawab saya.



"Tetapi kan, tidak harus berlebihan Pak."



"Nanti kalau sudah cukup tentu tidak akan begitu terus. Saya yakin Pak Jokowi tahu itu," balas saya.



Dengan cerita pembuka ini, saya ingin berbagi pengalaman dan menyampaikan pandangan saya tentang yang disebut gaya kepemimpinan –leadership style . Seperti apa sebenarnya pekerjaan seorang presiden sebagai strategic leader”, bahkan sebagai top executive leader di negeri ini.



Di bagian lain dari buku ini telah saya sampaikan bahwa seseorang presiden harus punya visi, strtegi, dan kebijakan. Tetapi, sungguhpun visioner seorang presiden juga harus tetap pragmatis. Dia harus mengambil keputusan dan mengeluarkan instruksi. Dia harus menetapkan tujuan dan sasaran strategis. Dia harus menjalankan fungsi commanding dan sekaligus persuading. Dan yang tidak kalah pentingnya, dia harus menangani masalah yang penting, crucialdan fundamental. Artinya, tak boleh lepas tangan. Tak boleh pula tidak memahami keadaan dan inti masalah yang dihadapi.



Di bagian lain dari buku ini pula telah saya sampaikan bahwa Presiden bertugas dan bertanggung jawab untuk menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 5 Tahunan serta Renca Kerja Pemerintah dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang berlaku secara tahunan. Kemudian dia mesti menjalankan semua rencana dan program yang telah ditentukan itu. Disamping menjalankan, melekat pula fungsi pengawasan ataupun pengendalian.



Blusukan bagi seorang Presiden ~ sebagaimana yang saya lakukan dulu, terutama di tahun pertama pemerintahan saya ~ adalah agar dia sungguh memahami kondisi riil di lapangan serta persoalan yang dihadapi oleh rakyatnya. Dari hasil blusukan itulah ~ dalam arti kegiatan dialog dan meminta masukan, serta peninjauan dan pengamatan di lapangan ~ dia bisa menetapkan kebijakan dan program yang diperlukan. Juga solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi pemerintah.



Blusukan yang lain adalah kegiatan presiden di berbagai wilayah di seluruh tanah air, yang bertujuan untuk memastikan bahwa tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dilaksanakan dengan baik. Tugas-tugas yang mesti dijalankan oleh jajaran kementerian dan lembaga pemerintahan tingkat pusat dan juga daerah. Jika dalam peninjauan di lapangan ditemukan sejumlah masalah atau kekurangan, maka dari hasil blusukan itulah dilakukan koreksi dan perbaikan.



Itulah arti blusukan. Blusukan harus punya tujuan dan sasaran. Blusukan is not for the sake of blusukan. Apalagi hanya untuk pencitraan semata.



Dalam teori kepemimpinan dan manajemen yang kita pahami, seorang pemimpin dinyatakan keliru jika hanya duduk di belakang meja. Begitu telah mengambil keputusan, memilih opsi, serta mempersiapkan rencana dan program, dia pikir sudah selesai tugasnya. Dia pikir pula menjadi tugas bawahan atau orang lain untuk menjalankan rencana dan program itu. Sikap dan pandangan demikian salah.



Sama salahnya jika seorang pemimpin tidak peduli pada pembuatan kebijakan, rencana dan program, dan memilih untuk lebih baik jalan dan keliling-keliling di wilayahnya. Kalau ini terjadi, hampir pasti pada akhirnya tugas pokok tidak akan dapat dijalankan secara optimal. Kalau alasannya mengapa selalu keliling dan blusukan itu untuk tujuan pengawasan, apanya yang mau diawasi. Kalau tujuannya mau melakukan koreksi dan perbaikan, apanya yang harus dikoreksi dan diperbaiki.



Sejak saya menjadi Presiden di akhir tahun 2004 hingga sekarang bahkan insya Allah sampai selesai masa bakti saya, saya akan tetap melakukan kegiatan blusukan. Blusukan yang diatur secara pantas. Blusukan dengan tujuan dan sasaran yang pasti. Serta blusukan tanpa meninggalkan tugas dan kewajiban saya yang lain. ***




*) Dikutip dari: Susilo Bambang Yudhoyono, 2014, Selalu Ada Pilihan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, halaman 626-628.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya